04:40 am
Saya masih terduduk dikayu pada sebuah gubuk kecil itu, Dalam gelap dalam udara sejuk yang menusuk. Sunyi nan sungguh Sepi pagi itu, hingga jangkrik pun enggan mengerik. Saya pun masih basah dihantam hujan di perjalanan malam itu, tak sabar menanti pemandangan yang apik.
06:00 am
Cukup puas menikmati suasana hujan dari gubuk, saya menerobos embun, melangkahkan kaki mengitari perbukitan. Akhirnya saya berhenti dari titik perbukitan yang cukup tinggi untuk mengabadikan pemandangan. Dalam hening, tiba tiba terdengar suara seseorang menghentikan sepeda, saya pun menoleh, seorang paruh baya yang menggenggam sebuah pacul di tanganya berjalan menghampiri saya. Lalu beliau menanyakan maksud keberadaan saya di ladang tersebut. "eh, bapak ngagetin aja hehe, sedang jalan - jalan aja pak. pemandanganya bagus, sayang kalo ngga diabadikan" ujar saya dengan nada ramah, sambil cengar cengir, mencoba mencairkan suasana, Cukup lama saya berkeliling bukit untuk mengabadikan pemandangan sekitar, sebelum saya meneruskan perjalanan dengan roda dua.
Sesampainya di desa Pandansari, saya menghentikan perjalanan pada suatu warung, Memesan mie cup instan dan melungguh pada tunggak kayu di sisi telaga Ranjeng. Suasana tenang nan sejuk ini membuat betah, kali ini saya ditemani banyak kicauan burung yang bersinggah pada pohon - pohon pinus besar yang berada disekeliling telaga Ranjeng. Tak lama kemudian saya berjumpa lagi dengan bapak yang saya temui di ladang tadi pagi. Ternyata bapak Supriadi ini adalah pengurus Telaga Ranjeng tersebut.
Telaga Ranjeng dengan keberadaan ikan koi dan lele liar yang cukup banyak ini, konon menurut penuturan warga setempat dahulu kala terdapat orang yang memancing ikan dari telaga tersebut dan langsung jatuh sakit. Setelah ikan yang dipancing dikembalikan lagi barulah orang tersebut dapat sembuh kembali.
Tak hanya sampai disitu, beberapa waktu lalu tempat tersebut kedatangan kru dari suatu produser film yang berniat untuk mengambil adegan horor pada telaga tersebut, namun orang pintar yang termasuk dalam kru tersebut merasa diganggu setelah melakukan survey pada tempat tersebut. Tak ingin mengambil resiko mereka pun membatalkan niat dan mencari tempat lain.
Nama ranjeng sendiri diambil dari nama suatu penunggu wilayah tersebut. Konon di tempat tersebut bersemayam 'Mbah Ranjeng' yang menjadi "penjaga" desa Pandansari dan sekitarnya.
*****
Di hari berikutnya saya menemui kembali bapak Supriadi untuk ikut bersama petani teh seperti yang sudah tawarkan pak supriadi di hari sebelumnya. Perjalanan terbilang jauh dan ditempuh dengan motor, kami berangkat sebelum matahari terbit. dari titik kumpul rumah Supriadi melewati Telaga Renjeng, melewati kebun teh Kaligua, terus menuju daratan yang lebih tinggi.
Setelah menempuh 1 jam perjalanan yang sangat terjal, berkelok - kelok dan berlumpur. Di bawah rintik hujan, terlihat dari kejauhan kerumunan warga bercaping dan mengenakan mantel. Berjalan beriringan meyelusuri jalan setapak, lalu menghilang dibalik perbukitan.
Embun menghilang perlahan
Menelanjangi suasana perbukitan
Setelah menempuh 1 jam perjalanan yang sangat terjal, berkelok - kelok dan berlumpur. Di bawah rintik hujan, terlihat dari kejauhan kerumunan warga bercaping dan mengenakan mantel. Berjalan beriringan meyelusuri jalan setapak, lalu menghilang dibalik perbukitan.
Sesampainya dilokasi, Pak Supriadi memperkenalkan saya kepada para petani dan memberi tahu maksud kedatangan saya. senyum tipis dengan ramah tamah tanda menerima keberadaan saya di pagi itu. Dengan canda tawa, saya harap dapat mengabadikan suasana kedekatan. Bingkai demi bingkai, saya usahakan disela sela perbincangan ringan.
******
"Selain Perkebunan Teh, Brebes sendiri cukup terkenal dengan pemasok bawang, Pasokan bawang dikirim ke Jakarta dari tahun ke tahun. "ya kalau musim hujan gini, cukup luas ladang bawang yang terendam, tapi ya alhamdulilah, tidak memengaruhi pasokan" ujar bapak Supriadi. Di waktu yang lalu pun beberapa kali harga bawang sempat turun. Namun warga punya yang cara mengatasi yang cukup pintar, pasokan yang dibawa ke ibu kota jakarta dibatalkan, lalu untuk beberapa waktu setelah itu, warga tak mengirim pasokan lagi. tidak, sebelum harga bawang stabil lagi. Hal itu dilakukan agar Petani bawang tidak rugi."
,